UNTUKMU, EMAK.....
DESKRIPSI
Jenis drama : melodrama
Durasi : ± 45 menit
Jumlah pemain : 17 orang
- 6 laki-laki
- 11 perempuan
SINOPSIS
Anna, seorang gadis yatim yang terlahir cacat dengan kondisi tidak memunyai tangan kanan dan pincang. Ia hidup bersama ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan. Setiap hari, sepulang sekolah, ia harus memulung sampah demi menyambung hidup, karena Doni, kakaknya, baru terkena PHK. Kondisi tersebut membuat Doni putus asa, sehingga setiap waktu ia gunakan untuk mabuk-mabukan dan marah-marah. Walau hidupnya menderita, Anna bercita-cita mewujudkan impian ibunya untuk berangkat haji. Ia terus berdoa dan memohon kepada Allah SWT agar mewujudkan cita-citanya itu.
Di sekolah, Anna dikenal sebagai anak yang rajin dan pintar, hingga membuat Angel, temannya iri. Namun demikian, Pak Dion, sebagai wali kelas Anna menganggapnya sebagai murid kepercayaan.
Suatu hari, Anna diberi tiket Lomba Tilawatil Qur’an oleh guru ngajinya. Dengan dukungan dari para sahabatnya, akhirnya Anna memberanikan diri mengikuti perlombaan tersebut, walau ia satu-satunya peserta yang cacat. Namun, ternyata tiket perlombaan yang diselipkannya di buku hilang. Dengan susah payah ia mencoba mencari tiket tersebut ke sana- ke mari. Dengan ijin Allah, akhirnya tiket itu berhasil ditemukannya. Anna pun menjadi juara pertama dan berhak memiliki tiket naik haji untuk satu orang. Hatinya gembira bukan main. Ia berniat memberikan kejutan tersebut kepada ibunya. Namun, sayang, belum sempat memberitahukan berita gembira itu pada ibunya, ajal telah menjemputnya.
PEMAIN
Tokoh Utama:
Anna Khadijah (Anna)
a. Cacat (tidak memiliki tangan kanan dan pincang).
b. Pendiam.
c. Patuh pada orang tua.
d. Pandai membaca Al-Qur’an.
Tokoh Sampingan:
1. Emak (ibu).
2. Doni (kakak Anna).
3. Samprul (teman Doni).
4. Bu Muslimah (guru ngaji).
5. Dewi (pemulung, sahabat Anna).
6. Angel (teman sekolah Anna yang sering menyakiti Anna).
7. Dara (teman Angel).
8. Pak Dion (guru sekolah Anna).
9. Bu Aini (juri Tilawatil Qur’an).
10. Pak Fathoni (juri Tilawatil Qur’an).
11. Bu Inayah (juri Tilawatil Qur’an).
12. Damaira Salsabilla (peserta Tilawatil Qur’an).
13. Najwa Ahmad Basya (peserta Tilawatil Qur’an).
14. Ahmad Dzakaria Munaf (peserta Tilawatil Qur’an).
15. Mang Mamat (penjual buku bekas).
16. Bu Atun (penjual sayur).
SCENE 1 (rumah Anna)
Pukul tiga dini hari, adzan berkumandang sayup-sayup. Anna terbangun dari ranjangnya yang reot dan berjalan tertatih-tatih untuk mengambil wudlu Kemudian ia shalat tahajjud.
Anna : (setelah shalat tahajjud, ia mengaji)
A’uudzubillaahiminas syaitahaanir rajiim…
Bismillaahir rahmaanir rahiim….
Arrahmaan. ‘Allamal qur’an. Khalaqal insaan. ‘al lamahul bayaan.
Assyam....
(suranya tertahan karena bentakan Doni)
Doni : Ah…, berisik!! Ganggu orang tidur aja!
(berteriak, namun matanya masih terpejam)
Anna : (menengok ke arah Emak yang masih tidur dengan memeluk
gambar Kakbah)
Assyamsu wal qamaru bi husbaan. Wannajmu wassyajaru yasjudaan.
Doni : Eh, budek! Bisa diem nggak sih lo!
Anna : (meneruskan surat Ar-Rahman dengan suara pelan)
*** Pengambilan gambar Anna ketika bangun, berwudlu, dan shalat
dilakukan tanpa dialog. Adegan tersebut diiringi suara adzan dan musik
intro yang melankolis.
SCENE 2 (rumah Anna)
Pagi telah tiba. Ayam berkokok nyaring. Anna berpamitan berangkat sekolah kepada Emaknya. Sedangkan Doni masih tertidur pulas.
Anna : Mak, Anna berangkat sekolah dulu ya, Mak.
Di dapur ada tempe goreng dan sambal.
Emak jangan lupa minum obat, ya.
(sambil mencium tangan emaknya).
Emak : Obatnya sudah habis.
Anna : (termenung sejenak)
Insya Allah nanti Anna beliin.
Anna keluar dari rumahnya yang reot. Di depan rumahnya terlihat Dewi dan Nia yang sedang memungut sampah. Mereka tersenyum pada Anna. Anna pun membalas senyum sahabatnya.
Dewi : Sekolah, An?
Anna : Iya.
Nia : Hati-hati.
Anna : (tersenyum).
SCENE 3 (sekolah)
Ketika baru datang, Anna bertemu dengan Angel dan Dara di halaman sekolah.
Angel : Telat lagi?
Dara : Tiap hari telat melulu (membawa map daftar hadir).
Anna : Ibuku sakit. (suaranya lirih)
Angel : Kamu disuruh ngambil daftar hadir di kantor guru tuh sama Pak Dion!
Dara : Udah, cepetan!
Anna : Iya.
Setelah dari kantor guru, Anna masuk ke kelas.
Anna : (mengetuk pintu)
Assalaamu’alaikum.
Pak Dion : Masuk. Kenapa terlambat lagi Anna?
Kamu tahu kan sekarang ulangan Bahasa Indonesia?
Anna : Maaf, Pak. Tadi saya ke kantor guru dulu untuk mengambil daftar hadir.
Pak Dion : Daftar hadirnya kan sudah dibawa Angel dan Dara?
Anna : (menengok ke arah Angel dan Dara)
Pak Dion : Ya sudah, kamu boleh duduk.
Angel+Dara : (tersenyum)
Pak Dion : Ingat! Siapa yang menyontek akan saya kurangi nilainya dan dia boleh
keluar dari ruangan ini.
Anna duduk di depan Dara. Sedangkan Dara duduk di depan Angel. Selama ulangan berlangsung, Angel dan Dara saling menyontek.
Angel : (mencolek bahu Angel)
Ngel, buruan dong!
Dara : Bentar. Sabar napa!
(menengok ke samping untuk meminta kertas contekan dari teman
lainnya)
Nih! Jangan lama-lama! (memberikan kertas pada Angel)
Pak Dion : (mondar-mandir)
Dara, Angel! Ngapain kalian?
Dara : Bukan saya, Pak.
Angel : Hmm…. Anna, Pak. Kertas ini dari Anna!
Pak Dion : Betul, Anna?
Anna : Saya tidak tahu menahu tentang kertas itu, Pak.
Sungguh, dari tadi saya mengerjakan sendiri.
Pak Dion : Angel, Dara, saya tahu kalian berbohong.
Saya beri kalian kesempatan seklai lagi.
Kalau kalian mengulanginya lagi, terpaksa saya mengeluarkan kalian dari
ruangan ini. Mengerti?
Angel+Dara: Ya, Pak.
*** Adegan ini memerlukan figuran sebanyak 6-10 orang.
SCENE 4 (tempat pembuangan sampah)
Sepulang sekolah, Anna bekerja mengais sampah. Tampak Dewi dan Nia yang juga mencari barang-barang bekas untuk dijual kembali.
Nia : Gimana keadaan emakmu, An? Masih sakit?
Anna : Ya, begitulah.
Dewi : Sudah diberi obat?
Anna : Obatnya habis. Mungkin besok aku baru bisa beli pakai uang SPP.
Karena kecapean, mereka bertiga duduk di dekat sampah.
Dewi : Hmm… An, gimana sih rasanya sekolah?
Anna : Enak. Tapi banyak godaan. Kalian harus sabar menghadapi cobaan dari
teman-teman sekolah, apalagi anak orang kaya.
Nia : Memangnya, kamu sering digangguin ya sama mereka?
Dewi : Huss, jangan ngomong gitu dong Nia.
Anna : (hanya tersenyum)
Nia : Hmm… Seandaninya aku bisa sekolah kayak kamu, aku bakalan rajin belajar
biar jadi orang kaya. Kalau aku kaya, aku bakal beli rumah buat adik-adikku,
biar mereka nggak tinggal di rumah kerdus kayak sekarang.
Dewi : Kalau aku, aku pengen membangun pesantren yang gede, biar Bu Muslimah
nanti bisa ngajar ngaji di sana.
Nia : Kalau kamu, An?
Anna : Aku pengen membahagiakan Emakku.
Aku pengen Emakku berangkat haji.
Dewi+Nia: (saling melirik)
Dewi : Udah, yuk! Kerja lagi, biar bisa jadi orang kaya.
SCENE 5 (rumah)
Setelah pulang memulung, Anna kembali ke rumah.
Anna : Assalaamu’alaikum. Mak… sudah makan?
(sambil meletakkan keranjang sampah dan kayu pengais sampah)
Doni : Heh, dari mana aja lo?
Anna : Habis kerja, Bang. (ketakutan)
Doni : Keraja, kerja! Orang kerja itu duitnya banyak! Nggak kayak lo!
Tiap hari keluyuran di sampah, tapi nggak punya uang.
Tiap hari yang ada di meja cuma tempe sama sambel dong!
(melempar piring makannya)
Anna : Astaghfirullahal ‘adziim, Bang… Ini juga rejeki dari Allah…
(menangis sambil memungut nasi dan tempe yang tercecer)
Emak : (batuk-batuk) Udah, Don. Adikmu kan capek.
Kasihan dia. Uhuk-uhuk… (batuk)
Doni : Pake mewek lagi, lo! Udah, diem!
Sekarang lo pergi beliin gue nasi bungkus di depan!
Inget, lauknya ayam goring! Awas lo kalau gue pulang tuh nasi belum ada!
Gua hajar! (pergi keluar rumah)
Emak : An, udah.. Jangan dengerin abangmu..
Anna : Nggak papa, Mak. Anna sudah biasa.
Emak : Seandainya bapakmu masih hidup… (menangis)
Anna : Udah, Mak. Jangan sedih, semua itu sudah jadi takdir Allah, Mak…
(mengambil amplop bertuliskan UANG SPP)
Anna pergi beli nasi dan obat dulu, ya. (keluar rumah)
Anna pun pergi membeli nasi dan obat dengan menggunakan uang SPP-nya. Tak berapa lama, Anna kembali dengan membawa dua bungkus nasi dan obat.
Anna : Assalaamu’alaikum.
Emak : Wa’alaikumussalaam warahmatullahi wabarakaatu.
Anna : Mak, Anna sudah beli obatnya. Tapi Emak makan dulu, ya.
Emak : Kenapa kamu beli dua?
Anna : Yang satu punya Bang Doni, yang satu lagi buat Emak.
Emak : Kalau gitu, ini buat kamu aja, An. Uhuk…uhuk.. (batuk)
Anna : Nggak usah, Mak. Ini buat Emak, biar Emak cepet sehat.
Emak : Tapi…
Anna : Sudah, dimakan ya Mak. Sini, Anna suapin.
SCENE 6 (kelas)
Suasana kelas rame. Pak Dion masuk kelas dengan membawa setumpuk kertas hasil ulangan.
Pak Dion : Assalaamu’alaikum, anak-anak.
Semua : Wa’alaikumussalaam… (kelas kembali hening)
Pak Dion : Hari ini saya akan mengumumkan hasil ulangan bahasa Indonesia kalian.
Angel dan Dara saling melirik dan tersenyum sendiri karena mereka percaya akan mendapat nilai tertinggi. Sedangkan Anna hanya tertunduk dan berdoa.
Pak Dion : Nilai tertinggi untuk ulangan kali ini diraih oleh….
Figuran : Anna, Pak! Anna, Pak! (semua figuran mendukung Anna)
Dara : Angel, Pak!
Figuran : Ye.., pede amat lo!
Dara : Emang Angel pinter!
Figuran : Pinter nyontek! Hu… (kelas kembali ricuh)
Pak Dion : Sudah, sudah. Kita semua tahu ada dua orang yang biasa menjadi bintang
kelas di sini, yaitu Angel dan Anna. Namun kali ini nilai tertinggi diraih
oleh Anna, dengan skor 95.
Angel : Kok bisa, Pak?
Pak Dion : Jangan protes, Angel.
Sudah beruntung kamu tidak saya keluarkan dari kelas ini kemarin!
Angel : Gubrak! (memukul meja dan keluar dari kelas)
Figuran : Huu….
Pak Dion : Anna, setelah ini kamu ke kantor saya.
Anna : Iya, Pak.
SCENE 7 (kantor guru)
Anna dipanggil ke kantor guru oleh Pak Dion.
Anna : Permisi, Pak.
Pak Dion : Silakan duduk.
Anna : Ada apa, Pak?
Pak Dion : Anna, hingga saat ini kamu belum membayar uang SPP bulan ini.
Kamu tahu kan peraturannya? Jika kamu tidak membayar SPP segera
kamu tidak dapat mengikuti Ujian Akhir Semester.
Anna : Saya tahu, Pak. Saya minta kesempatan beberapa hari lagi.
Pak Dion : Anna, apa kamu punya kesulitan dalam membayarnya?
Anna : Ibu saya sakit, Pak.
Kemarin uangnya saya pakai dulu untuk membeli obat.
Pak Dion : Mengapa kamu tidak bercerita pada saya?
Mungkin saya bisa membantu kamu.
Anna : Saya tidak ingin merepotkan Bapak.
Pak Dion : Anna, kamu murid yang pandai.
Sayang jika sekolahmu harus terganggu jika terus-terusan bekerja.
Tet… Bel berbunyi.
Pak Dion : Bel sudah berbunyi. Sudah, kamu masuk kelas dulu.
Lain kali kita bicarakan lagi.
Anna : Terima kasih, Pak.
SCENE 8 (tempat mengaji)
Anna, Dewi, dan Nia mengaji bersama.
A+D+N : Bismillaahir rahmaanir rahiim.
Alhamdulillaahir rabbil ‘aalamiin…………
(membaca Al-Fatihah sampai selesai)
Shadaqallaahul ‘adziim.
(menutup Al-Qur’an)
Bu Muslimah : Hmm… Anna, kamu masih ingin membahagiakan emakmu kan?
Anna : Masih, Bu.
Bu Muslimah : Kalau begitu, terima ini.
(memberikan selembar tiket kepada Anna)
Anna : Apa ini, Bu?
Bu Muslimah : Itu tiket Lomba Tilawatil Qur’an.
Suara kamu bagus. Ibu sudah mendaftarkan kamu sebagai peserta.
Ibu harap kamu mau menerimanya.
Anna : Tapi Bu, saya….
Dewi : Sudah, An. Terima saja.
Kamu masih ingin memberangkatkan haji emakmu kan?
Nia : Iya, An. Terima saja.
Anna : Tapi, aku cacat…
Bu Muslimah : Allah tidak pernah memandang hamba-Nya dari fisik semata.
Manusia yang paling mulia di sisi Allah adalah manusia yang paling
bertakwa. Berjanjilah untuk meraih impianmu.
(sambil memegang tangan Anna).
Anna : (tertunduk). Insya Allah.
SCENE 9 (rumah, toko buku bekas, dan warung sayur)
Pagi ini adalah waktu pelaksanaan perlombaan. Anna sedang mengambil air di luar untuk mandi ibunya.
Doni : (membuka pintu)
Gue laper! Pengen makan! Pada kemana sih?!
Nggak ada barang yang bisa dijual apa buat makan! Gue laper!
Punya emak sakit-sakitan! Adik satu kerjanya shalat ama ngaji doang!
Dasar yang berguna!
Doni membongkar-bongkar lemari, namun tak ada barang yang bisa dijual. Kemudian ia mengambil setumpuk buku pelajaran Anna untk dijual.
Doni : Kali aja ni buku ada manfaatnya.
Emang buku bisa bikikn perut kenyang apa!
(lalu keluar rumah).
Setengah jam kemudian Anna datang dengan seember air.
Anna : Air sudah siap. Nanti kalau Emak datang bisa langsung mandi.
Sekarang aku bisa berangkat lomba. Ya Allah, jika memang ini cara-Mu
untuk mengantarkan rejeki hamba, maka mudahkanlah ya Allah.
Kemudian Anna mencari tiket yang diselipkannya di buku. Ia panik karena tiket itu tidak ada di tempatnya.
Anna : Tiketnya? Kemarin aku letakkan di buku. Sekarang, bukunya hilang!
(lalu berlari ke luar rumah mencari Doni)
Doni sedang mabuk-mabukan dengan Samprul di luar.
Anna : Bang, buku Anna mana?
Doni : Heh, mana gua tau!
Anna : Bang, di buku itu ada tiket lomba baca Al-Qur’an punya Anna.
Dan lombanya dimulai satu jam lagi.
Bang, tolong. Kasih tau di mana bukunya…
Doni : Heh, denger ya! Bukunya udah gue jual ke tukang loakan buat beli minum!
Puas lo?!
Anna : Apa? Abang tega!!
Kemudian Anna berlari mencari Mang Mamat, penjual buku bekas.
Mang Mamat : Buku murah, kaya ilmu! Ayo, ke sini semua! Kualitasnya masih baik.
Anna : (mendekati penjual buku dengan berlari dan nafas terengah-engah)
Mang Mamat : Cari buku apa, Neng Anna? Tinggal pilih aja.
Anna : Pak, tau buku yang baru dijual Abang saya nggak?
Mang Mamat : Si Doni? Si tukang mabuk itu?
Anna : Iya, benar. Saya cari tiket yang ada di dalam buku tersebut.
Mang Mamat : Tadi si Doni memang ke sini buat jual buku pelajaran.
Tapi karena bukunya sudah banyak yang tidak layak jual, jadi sebagian
saya kasih ke tukang sayur buat bungkus cabe.
Ini sisanya, kamu lihat dulu. Barang kali ada. Memangnya, penting ya?
Anna : Iya, Mang. Saya mau ikut lomba. (sambil mencari-cari bukunya)
Ini bukan buku saya.
Mang Mamat : Kalau begitu, coba cari di Bu Atun atuh…. Barangkali ada.
Anna : Terima kasih, Mang.
Mang Mamat : Sama-sama, Neng. Buku murah, buku murah… ayo beli…
Kemudian Anna berlari ke Bu Atun, penjual sayur.
Bu Atun : Kangkung, wortel, bawang, cabe…
(sambil mengipasi dagangannya)
Sayur, Neng?
Anna : Bu, tau buku bekas yang dari Mang Mamat nggak?
Kata Mang Mamat, bukunya sudah dikasih ke Bu Atun buat
bungkus cabe.
Bu Atun : Yang ini, Neng? Bukunya sudah Ibu sobek-sobek buat bungkus.
Tapi, coba dicari aja, barangkali ketemu.
(sambil menunjukkan tumpukan kertas bungkus)
Anna : (mencari-cari tiket di tumpukan kertas)
Nggak ada, Bu…
Bu Atun : Waduh, Ibu kagak tau, Neng. Maaf, ya.
Anna pun meninggalkan tempat itu dengan lemas. Sesekali ia mengusap air matanya.
Anna : Mak, maafin Anna. Anna nggak bisa ngebahagiain Emak…
Tiba-tiba, ia melihat sesuatu di dekat tempat sampah. Ia pun mendekati tempat sampah itu.
Anna : Tiketku! Alhamdulillah, ya Allah. Tiketku sudah ketemu.
Ia pun langsung berlari ke tempat perlombaan.
SCENE 10 (tempat perlombaan)
Tempat perlombaan sangat ramai. Peserta berdatangan dari dalam dan luar pulau. Tiga juri memerhatikan cara baca mereka.
Bu Aini : Peserta beikutnya, dengan nomor urut 262, Damaira Salsabilla.
Damaira kemudian naik ke panggung untuk membacakan penggalan beberapa ayat Al-Qur’an.
Bu Inayah : Peserta berikutnya, dengan nomor urut 263, Najwa Ahmad Basya.
Najwa kemudian naik ke panggung untuk membacakan penggalan beberapa ayat Al-Qur’an.
Bu Aini : Peserta berikutnya, dengan nomor urut 264, Ahmad Dzakaria Munaf.
Ahmad kemudian naik ke panggung untuk membacakan penggalan beberapa ayat Al-Qur’an.
Pak Fathoni : Peserta berikutnya adalah peserta yang terakhir, dengan nomor urut
265, Anna Khadijah.
(melihat ke seluruh ruangan mencari peserta terakhir yang tidak
juga datang)
Pak Fathoni : Ya, Anna Khodijah, silakan naik ke panggung untuk membacakan
penggalan ayat Al-Qur’an.
(menengok ke arah juri yang lain yaitu Bu Aini dan Bu Inayah)
Bersamaan dengan itu, Anna datang dengan terburu-buru. Dia melangkahkan kaki selangkah, namun berhenti sejenak dan melihati tubuhnya. Ia sempat tidak percaya diri karena ia satu-satunya peserta yang cacat. Tak lama kemudian, Bu Muslimah, Dewi, dan Nia datang member semangat.
Nia : Anna, tunggu apa lagi?
Dewi : Ayo, maju!
Anna : Tapi aku….
Bu Muslimah: Ingat, Allah melihat hamba-Nya bukan dari fisiknya, tapi ketakwaannya.
Pak Fathoni : Kami panggil sekali lagi. Jika tidak ada yang maju terpaksa Saudara
Anna Khadijah kami diskualifikasi. Saudara Anna…
Kemudian Anna memberanikan diri naik ke panggung. Semua penonton terkesima melihat kondisi fisik Anna yang cacat.
Pak Fathoni : Alhamdulillah. Silakan Saudara Anna.
Anna kemudian naik ke panggung untuk membacakan penggalan beberapa ayat Al-Qur’an. Juri dan penonton terkesima dengan suara bagus Anna. Setelah membaca penggalan ayat Al-Qur’an, Anna turun panggung dan disambut oleh Bu Muslimah serta kedua sahabatnya. Para juri berdiskusi untuk memilih pemenang.
Tak lama kemudian para juri mengumumkan hasil lomba Tilawatil Qur’an di atas panggung.
Bu Aini : Setelah melalui proses diskusi yang matang dan pertimbangan dari beberapa
juri, maka kami telah memilih seorang pemenang yang berhak membawa
tiket haji ke Tanah Suci.
Bu Inayah : Pemenang yang satu ini sungguh luar biasa.
Dengan keterbatasannya, ia mampu menunjukkan kemampuannya
membaca Al-Qur’an dengan sempurna.
Pak Fathoni : Dan pemenangnya adalah…….. (berhenti sejenak)
Pemenangnya adalah Anna Khadijah, dengan nomor urut 265.
Pak Fathoni : Saudara Anna kamipersilakan naik ke panggung untuk
menerima hadiah.
Anna pun naik ke panggung. Bu Aini secara simbolik menyerahkan tiket naik haji. Bu Muslimah, Dewi, dan Nia memeluk haru Anna. Kemudian Anna berlari mencari emaknya untuk memberitahukan hal tersebut. Tiba-tiba terdengar suara rem mobil yang begitu keras.
*** Lampu panggung mati sejenak, menggambarkan suasana haru.
SCENE 11 (rumah)
Di rumah Anna banyak orang berdatangan untuk menyelawat Anna. Jasad Anna terbaring kaku di ranjang. Tampak emak Anna manangis di sandingnya.
TAMAT